Jumat, 24 Mei 2013

Filsafat

Pengaruh Ilmu dan Akhlaq
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Al-Kahfi 65
Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. Thaha 110
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.Al-Mujaadilah 11
Sebetulnya kalau kita mengamati ayat diatas ada dua persepsi yang kita tela’ah , yaitu :
Sebetulnya siapakah orang yang berilmu di zaman ini ?Dan siapakah orang arif dan beriman yang mendapatkan rahmat –Nya melalu ilmu ?”.Teman realita memekakkan yang sedang melanda dunia ini yaitu krisis akhlaq sehingga sering kali kita tertipu dalam membedakan orang yang berilmu atau tidak.Pada hakekatnya ilmuwan dan orang yang berilmu merupakan individu yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi sehingga daya ingat dan kemampuan berfikirnya begitu sistematis dan progressif. Namun dibalik kecerdasannya terkadang ada racun yang menjalar disetiap pikirannya dan tingkah lakunya yang bersifat empati.Oleh sebab itu kita harus selalu waspada, karena tidak semua orang yang berilmu itu berakhlaq.
Sedangkan seseorang yang arif adalah individu yang mempunyai sikap bijaksana.karena mereka berfikir dengan hati nurani bukan sebatas logika saja dan pikiran mereka merupakan implementasi(penerapan)dari syari’at Islam yang dieksplorasi serta dijadikan pijakan dengan berpedoman pada Qur’an dan Hadist. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” Baqarah 32
Karena mereka mengakui dan merasakan bahwasannya segala ilmu sesungguhnya milik Allah dan harus diamalkan bukan untuk didzolimi. Seorang penyair mengatakan :
Disetiap perkataannya
Terpancar hikmah
Dan disetiap perilakunya
Terpancar sinar Illahi
Jadi sebetulnya, dalam pembentukan sumber daya manusia yang produktif harus mengintegrasikan antara ilmu dan akhlaq.
Ilmuwan tapi tersesat
Ini bukan protes tapi pernyataan diatas merupakan realita yang sedang kontroversi baik di suatu Negara atau dunia. Berapa puluh, politikus, anggota DPR & MPR dan pejabat-pejabat tinggi Negara maupun pemerintahan yang bertitel tinggi dan berpredikat akademis yang tidak bisa dipungkiri profesionalitasnya berakhir dengan korupsi ? Dan berapa pakar-pakar ilmuwan yang menciptakan teknologi serta mengembangkan teorinya berakhir dengan perusakan alam setitik demi setitik ataupun terkadang melanggar syari’at?.Mereka semuanya adalah kebanyakan almameter Universitas bertaraf Nasional dan Internasional.Tapi secara praktis eksistensi sebagian dari mereka kurang efisien dan efektif dalam mencetak generasi – generasi bangsa yang unggul dan bermental militan.OIeh sebab itu sudah seharusnya kita bentengi ilmu dengan akhlaq yang berorientasikan panda Qur’an dan Hadist, yang terdiri dari tiga aspek:
· Berilmu ilmiah
· Berakhlaq amaliyah
· Beraqidah Islam As-shohihah ( benar sesuai Qur’an dan Hadist )
Aspek tersebut sesuai dengan perintah Allah, yang menyatakan bahwa tidak sepantasnya semua orang muslim pergi ke medan perang tapi sebagaian lagi sebaiknya mendalami pengetahuan – pengetahuan sebagai tanda kebesaran Allah dan untuk memberi peringatan apabila terjadi peyelewengan dalam memahami makna ilmu agar kita tidak tersesat sesuai dengan firman Allah:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.(Taubat 122)
Al-Qur’an pedoman ilmu dan hidup
Sekarang kalau kita membicarakan politik, metafisika dan kosmologi semuanya tlah tertulis dalam Al-Qur’an, Allah berfirman : Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.Ath thaalaq 12
Ayat diatas menerangkan bahwa dalam menciptakan tujuh langit dan bumi Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi dan yang tlah berlalu dibumi ini baik sosial maupun alamiah.Karena hal tersebut merupakan kebijakan Allah terhadap umat-Nya dan ciptaan-NYa.
Oleh sebab itu kita harus mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan yang kita dapatkan dalam Al-Qur’an, sehingga kita tidak bertolak fikiran dari syari’at. Dan sampai kapanpun Al-Qur’an tidak mengajarkan penyelewengan dalam suatu ilmu pengetahuan dan sosial melainkan menuntun kita menuju jalan yang benar yang mengutamakan kemaslahatan bukan keegoisan ataupun pendapat sepihak.Seperti yang tertera dalam Al-Qur’an dalam menyelesaikan permasalahan dengan cara bermusyawarah, merupakan wadah untuk saling menukar fikiran dan pendapat dalam segala hal sehingga kesalahan ataupun kelalalaian yang menimbulkan pertentangan dan kerusakan-kerusakan dimuka bumi ini.Karena hakekat manusia hidup dan impian kita adalah menjalani kehidupan yang damai, aman dan sejahtera yang berupa sarana dan prasarana yang dihasilkan karena sumbangsi pemikiran para ilmuwan ataupun aturan-aturan serta norma-norma hidup yang dibentuk melalui instansi-instansi pemerintahan dan hukum.
Pengaruh hegemoni Barat terhadap ilmu
Hegemoni Barat terhadap ilmu sosial maupun alam merupakan masalah kontemporer yang kita hadapi dan harus kita selesaikan untuk menciptakan kehidupan yang dinamis dan damai.Sehingga kemajuan ilmu sebagai wahana untuk meningkatkan potensi serta intelektualitas kita yang merupakan rahmat Allah yang tak ternilai.Namun yang susah untuk ditepis, yaitu proses perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial dibarat yang melaju pesat semenjak abad 16-17 ketika zaman reinassance memberikan hak privasi bagi setiap individu untuk berkarya tanpa memedulikan agama.Karena ketika itu masyarakat meninggalkan dogma-dogma gereja yang dianggap telah menghalangi proses perkembangan ilmu.Hal ini dikarenakan bibel, perjanjian lama dan baru telah dikonstruksi oleh banyak tangan dan tidak menjanjikan perkembangan dalam ilmu.Beda dengan Islam, yang sangat menghargai ilmu pengetahuan dengan syarat tidak melanggar syari’at Islam.
Singkatnya, hegemoni ilmu pengetahuan dan sosial barat sampai detik ini perlu kita waspadai karena pada dasarnya mereka tidak mempunyai landasan benar terhadap ilmu dan ilmu yang tereksplorasi merupakan lahan untuk mencari jati diri dan potensi individu.Seperti perkembangan teknologi komunikasi dan invortement, menjadi lahan untuk mentransformasikan dunia impian serta khayalan wal akhir mengubah persepsi manusia bahwa dunia ini fana dan penuh dengan kesenangan seolah-olah kehidupan akherat tidak ada.Memang ilmu merupakan kunci utama dalam membuka cakrawala dunia namun ilmu tanpa akhlaq ibarat berjalan dengan obor tanpa cahaya pasti gelap dan menyesatkan, bisa jadi yang dicari bukan hakekat ilmu tapi popularitas dan kekayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar